ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), Laptop 45+ AI Advanced dengan Performa Maksimal
Istilah NPU, AI acceleration, hingga angka-angka seperti “45+ TOPS AI”, awalnya, saya pikir cuma fitur baru, sekadar asisten suara, atau fitur kamera pintar di dalam spesifikasi laptop. Saya bahkan sempat menganggap laptop NPU 45+ TOPS AI hanya jargon marketing.
Namun ASUS Zenbook S14 OLED UX5406 yang hadir menjelang penghujung tahun lalu, yang kini muncul dengan varian terbarunya, ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), perlahan mengikis skeptisme saya pada perangkat komputasi berteknologi AI. ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) merupakan salah satu laptop AI dengan performa NPU 45+ TOPS. Dan belakangan, gambar laptop premium ini kerap muncul di beranda saya setiap kali membuka media sosial atau membaca berita di Google Discover di smartphone.
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) sangat cocok untuk menjalankan aplikasi-aplikasi modern yang sudah mendukung teknologi AI. ASUS Zenbook S14 (UX5406SA) sudah diperkuat oleh Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V 32GB 2.2GHz yang memiliki 8 core dan 8 thread. Prosesor tersebut dilengkapi dengan Intel® Arc™ Graphics serta chip AI berbasis Intel® AI Boost NPU dengan kecepatan hingga 47 TOPS.
Sebelum kemunculan ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) di tahun 2025 ini, ada kisah tentang bagaimana Zenbook S14 OLED UX5406 menginspirasi saya, mengubah ketidakmautahuan saya menjadi rasa penasaran pada PC AI, NPU, 45+ TOPS AI, dan semua istilah membingungkan itu.
Saat itu, saya sedang membaca artikel pameran laptop, smartphone, dan teknologi terbaru di event Internationale Funkausstellung Berlin (IFA) 2024, sebelum kedatangan klien dari sebuah tim konsultan yang kebetulan teman saya.
Ketika Multitasking Menjadi Beban
Sebagai seorang freelancer dan full-time blogger yang nyambi bermusik dan ngedit video, keseharian saya sebagian besar dipenuhi switching antar aplikasi, yang kebanyakan aplikasi berat. Dari dashboard blogger dan sejumlah tab di browser beralih ke software desain seperti Adobe Photoshop, Corel Draw, Canva, hingga software editing seperti Capcut, Filmora, dan FL Studio, lalu balik ke browser lagi, mewajibkan saya bekerja dengan perangkat yang cepat.
Karena itu, saya mempersenjatai laptop dengan memori 16GB DDR4, yang (seharusnya) cukup untuk multitasking. Semua demi kualitas konten, membangun citra, mendapatkan kepercayaan dari konsumen, selain tentu saja mengoptimalkan penghasilan.
Menjadi seorang freelancer dan full-time blogger tidak semudah ketika profesi ini dulu cuma sebagai aktivitas sambilan saat saya masih aktif bekerja. Pendapatan yang tidak menentu, kadang ada orderan seminggu tapi dua minggu kosong, menjadi salah satu tantangan. Untungnya, saya siap untuk job apa saja. Tawaran ngejob bermusik dan video shooting untuk acara nikahan juga saya terima, karena cuannya bisa bikin senyum dua minggu.
Kembali ke aktivitas harian, saya sering merasa waktu 24 jam sehari itu nggak cukup. Seringkali proses penyelesaian konten saling berkejaran. Ini terjadi karena berbagai sebab, misalnya karena yang punya hajatan mendadak ingin video pernikahan segera dikirimkan sehingga pembuatan artikel ditunda ke hari berikutnya, yang justru menjelang deadline. Selain itu, job bermusik dan video shooting seringkali pula dadakan, tidak jarang harus ke luar kota.
Situasi ini membuat saya sering bekerja overload sekaligus membuang waktu untuk bernegosiasi ulang sembari berpikir keras mempertimbangkan beberapa opsi solusi agar semua happy-ending, yang masing-masingnya punya konsekuensi. Mulai dari pendapatan berkurang karena menolak job musik demi menyelesaikan orderan, hingga tubuh tidak fit, mata perih dan sensitif melihat cahaya karena harus ngebut menyelesaikan order sebab terlanjur menerima job musik dan video shooting.
Opsi yang ideal adalah menerima job musik dan video shooting bila orderan digital sudah selesai. Tapi dengan catatan: tidak ada orderan musik mendadak dari koordinator tim musik, yang jadwalnya siang ini tapi dapat infonya tadi malam. Bila ini terjadi, selain prepare-nya bakalan tidak maksimal, saya juga harus mereschedule semua jadwal yang sudah tersusun.
Untungnya, sementara ini hal tersebut bisa saya atasi mengandalkan fleksibilitas dan kerja multitasking yang sudah biasa saya lakukan. Saya sering menyelesaikan artikel atau membuat gambar di lokasi hajatan tempat saya dan tim mengisi acara musik.
Namun saya tahu hasilnya tidak maksimal. Apalagi saya bekerja sendiri. Fokus menjadi terbagi, dan kadang diliputi rasa khawatir. Khawatir tugas tidak sesuai harapan klien. Khawatir citra saya jatuh. Juga khawatir seandainya laptop di dalam tas remuk tergencet peralatan musik di mobil karena terguncang di perjalanan yang aksesnya tidak semuanya mulus, serta internet yang koneksinya cenat-cenut mirip orang sakit kepala.
Menurut penelitian WifiTalents, orang yang merencanakan hari mereka terlebih dahulu 30% lebih produktif daripada mereka yang tidak. Selain itu, menerapkan daftar prioritas harian dapat meningkatkan produktivitas karyawan sebesar 15-20%. Di lain sisi, menerapkan metode fokus tugas tunggal dapat meningkatkan kinerja dan akurasi hingga 10%, dan menetapkan tenggat waktu yang jelas untuk tugas meningkatkan tingkat penyelesaian sebesar 30%.
Semakin kesini semakin saya sadari, bahwa menjadi freelancer digital multi job tidak hanya butuh fleksibelitas, multitasking, dan "bisa bekerja dimana saja", tapi juga kemampuan mengatur waktu dan hal-hal prioritas, serta mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kapan saja.
"Andai saja ada yang sepemikiran dengan saya bisa membantu menyelesaikan orderan artikel sehingga saya bisa ngejob musik. Atau setidaknya ada asisten yang bisa menganalisa dampak dan memberikan rekomendasi untuk mempermudah saya mendahulukan yang paling mendesak, atau menyelesaikan yang paling cepat dan mudah." Harap saya dalam hati.
Bereksperimen Dengan Video AI Tanpa Memahami Apa Itu NPU
“Pekerjaan pro jangan pakai coba-coba, bro. Kalau mau pakai aplikasi AI, harusnya laptop kamu juga sudah punya AI. Kita mau hasilnya bagus, sesuai skenario, dan pengerjaannya cepat!”.
Demikian komplain dan teguran klien dari tim konsultan yang juga teman saya, yang menawarkan kerja sama pembuatan video dokumenter dan profil tokoh berformat 4K untuk keperluan sosialisasi, menjelang akhir tahun 2024 lalu. Itu pertama kalinya saya mendapatkan komplain dan teguran dari klien sejak berjibaku di dunia freelance.
Laptop yang saya gunakan cepat ngos-ngosan setelah berkali-kali memproses video dan gambar dengan AI. Browser mulai lemot, tab mulai freeze satu per satu, laptop mendesis panas, fan-nya berisik. Padahal itu baru sampel!.
Saat itu saya sangat yakin bahwa aplikasi AI bisa mengerjakan semuanya dengan cepat. Saya lupa bahwa file bahan video dan gambar yang akan diolah semuanya berkapasitas besar. Saya bahkan tidak tahu bila pengolahan konten di situs AI membutuhkan penyimpanan cloud dan koneksi internet lancar.
Multitasking yang harusnya mempercepat proses, justru jadi beban ketika laptop mulai lambat merespons.
Untung saja saya tidak membatalkan semua job, sehingga walaupun gagal mendapatkan kontrak, saya masih bisa dapat cuan dari orderan lain. Nyaris saja.
Diliputi rasa penasaran, saya jadi bertanya-tanya: apakah ada pengaruh pemrosesan video di situs AI terhadap performa laptop saya? Atau sebaliknya, apakah spesifikasi laptop berpengaruh pada pemrosesan aplikasi-aplikasi berbasis AI? Bisakah mengedit atau membuat video di situs AI dengan cepat di laptop biasa?
Ada hal unik sebelum momen kedatangan klien tersebut ke tempat kerja yang juga rumah saya. Sembari menunggu kedatangan mereka, iseng saya membaca artikel tentang laptop baru ASUS yang diperkenalkan pada momen IFA 2024, yaitu ASUS Zenbook S14 OLED UX5406, dari sebuah media nasional di Google Discovery smartphone saya. Ketika mereka pulang, laman beritanya bahkan masih terbuka!
Saat itu saya berpikir, mungkin hanya kebetulan. Namun salah satu isi artikel tersebut yang mengulas tentang NPU dan dampaknya terhadap pemrosesan AI, mulai menggerogoti pikiran saya dan memicu keingitahuan saya.
Dari berbagai media, salah satunya dari artikel di website ASUS, juga bertanya ke Co-pilot, fitur asisten AI yang cukup populer besutan Windows, saya menemukan banyak hal yang membuat saya sering duduk termenung mengingat kecerobohan saya, yang mengakibatkan lepasnya kontrak besar kala itu.
Keberadaan NPU (Neural Processing Unit) pada PC laptop atau desktop sangat penting untuk aplikasi-aplikasi modern yang (telah) menyematkan kecerdasan buatan. Mirip dengan CPU (Central Processing Unit) dan GPU (Graphic Processing Unit), NPU juga berfungsi melakukan pemrosesan. Hanya saja, NPU menangani tugas komputasi yang kompleks dan berat yang diperlukan oleh aplikasi AI, seperti pengenalan suara dan pemrosesan bahasa alami.
Dalam konteks NPU, istilah "skor" atau metrik kinerja dinyatakan dengan satuan TOPS (Trillions of Operations Per Second), yaitu satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur seberapa cepat dan efisien NPU dapat memproses tugas-tugas yang berkaitan dengan AI.
Semakin tinggi nilai TOPS suatu NPU, semakin besar kemampuannya untuk menangani beban kerja AI yang kompleks dengan cepat. Agar PC mampu menjalankan pemrosesan AI real-time, menjalankan generative AI, NPU berjalan lebih efisien, serta untuk menjalankan aplikasi dan fitur AI secara optimal yang berdampak pada produktivitas, skor NPU yang dibutuhkan setidaknya 45 Trillions of Operations Per Second atau lebih. Sementara Microsoft sebelumnya menetapkan standar tersebut minimal 40 TOPS atau lebih.
Laptop yang dilengkapi dengan NPU di atas 45 TOPS dianggap ideal untuk mengantisipasi program atau aplikasi berbasis AI di masa depan. Kinerja tinggi ini memungkinkan laptop untuk menjalankan aplikasi AI yang kompleks dengan lancar, bahkan tanpa koneksi internet.
Hadirnya NPU juga mengurangi beban pemrosesan yang tadinya dilakukan oleh CPU dan GPU. Akibatnya, CPU dan GPU bisa fokus pada pemrosesan lainnya. Dampak lainnya, beban kerja laptop jadi ringan, efisien, dan lebih hemat daya.
Pantas saja memproses video di situs AI membuat laptop saya yang tanpa NPU AI seperti kehabisan tenaga. Saya tidak mengantisipasinya. Bahkan saya tidak terpikir sebelumnya.
Pertanyaannya, apa jadinya kalau saya masih ngotot kerja pakai laptop biasa? Yang ngedit pakai situs generator AI saja udah ngos-ngosan. Yang panasnya kayak magic com. Yang baterainya gampang habis kayak es krim keluar dari kulkas? Sementara orang lain sudah lari jauh dengan perangkat AI yang membantu mereka mengelola waktu, bikin konten, dan mencari ide baru dalam hitungan detik.
Berbagai pertanyaan lain turut bermunculan, seperti, apa harus beli laptop baru buat pakai AI? Bisakah laptop AI membantu memberikan ide dan menghasilkan gambar dengan cepat, yang belakangan ini seringkali menghabiskan waktu saya karena seolah kehabisan ide? Atau, apakah laptop AI bisa mengatur prioritas kerja saya yang akhir-akhir ini keteteran? Dan masih banyak lagi.
Sampai sekarang saya masih gelisah dengan kecerobohan saat itu. Tapi setiap kali ingat itu, nama ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406) ikut terbawa-bawa.
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), Laptop Cepat, Cerdas, Adaptif
Saat ini banyak aplikasi kreatif, termasuk yang saya pakai tiap hari, sudah tergantung sama kecerdasan buatan. Dari auto-color grading sampai pengurangan noise, dari text-to-image sampai pengenalan suara. AI juga sudah jadi tulang punggung berbagai platform besar: Microsoft Copilot, Adobe Sensei, Google Gemini, Canva Magic, sampai software musik kayak AIVA dan Soundraw.
Menurut analisis Forrester & CIO Insights, 75% pengambil keputusan TI percaya bahwa AI‑PC akan mempercepat alur kerja, dan 68% menyatakan pengalaman pengguna meningkat secara signifikan dengan penggunaan perangkat ini.
Yang lebih menarik, Deloitte melaporkan penurunan waktu pemrosesan tugas rutin sebesar 50% setelah menerapkan AI‑PC berbasis Intel Core Ultra. Artinya, waktu yang biasanya dihabiskan bisa dikurangi setengahnya, meningkatkan efisiensi tim secara signifikan
“Kalau semua itu bisa dilakukan oleh laptop, bukankah itu jenis perangkat yang seharusnya saya pertimbangkan sekarang?”, kata saya dalam hati.
Saya perlahan-lahan menjadi paham, kalau mau upgrade performa kerja saya, bukan cuma RAM atau SSD yang perlu ditingkatkan. Tapi cara kerja laptopnya secara keseluruhan.
Pergeseran tren penggunaan perangkat komputasi turut menyadarkan saya bahwa saat ini freelancer tidak hanya butuh laptop yang cepat, tapi juga laptop yang cerdas, yang bisa kerja bareng saya. Laptop yang bisa bantu saya bukan cuma ngerjain tugas, tapi mengerti cara kerja saya dan menyesuaikan diri. Yang bisa memahami alur kerja saya dan tidak membuat saya harus terus menyesuaikan diri. Yang bisa jaga file sensitif tetap aman. Yang tahu jadwal saya hingga beberapa hari berikutnya sehingga dia mengingatkan sekaligus merekomendasikan langkah-langkah strategis, layaknya asisten pribadi.
Dan bukan cuma soal kerja, tapi soal ritme hidup. Karena saat saya kerja lebih efisien, saya juga bisa istirahat lebih cukup. Waktu saya tidak habis mengurus crash system, freeze app, render gagal, telpon sana sini untuk menego ulang jadwal job musik yang toh akhirnya harus saya jalani, atau bolak-balik mereschdule semua jadwal aktivitas. Saya bisa balik menikmati kerjaan. Bisa balik punya hidup yang seimbang. Karena teknologi bukan cuma soal hasil cepat, tapi soal hidup yang tetap terjaga.
Saya mulai membayangkan kemungkinan baru: bagaimana jika pekerjaan saya bisa terbantu oleh AI? Bagaimana jika proses kreatif saya bisa dipercepat, dimaksimalkan, dan dibantu oleh sistem pintar yang tahu kapan harus bekerja cepat dan kapan harus hemat daya? Bagaimana jika AI dalam laptop memberikan saran dan rekomendasi aktivitas prioritas kala terjadi tumpah tindih jadwal, terutama saat job bermusik atau video shooting datang tiba-tiba? Atau, bagaimana bila video dan gambar bisa selesai dengan cepat tanpa membuat laptop ngos-ngosan?
Seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan keingintahuan saya berganti menjadi keinginan memiliki laptop AI. Seperti waktu masih muda dulu ketika saya naksir seseorang. Awalnya cuek, berlanjut ke kepoan. Setelah tahu, lalu ingin memiliki sepenuhnya.
Apalagi, ASUS, yang telah memenangkan lebih dari 72.192 penghargaan dari organisasi teknologi terpandang dan media IT dari seluruh dunia sejak tahun 2001 ini, telah merilis banyak laptop AI untuk berbagai kebutuhan. Mulai dari keluarga ASUS Zenbook S14 OLED, Vivobook, hingga Probook.
Dan, lebih dari 10 model laptop AI unggulan yang kemampuan NPU-nya masuk dalam kategori 45+ TOPS AI Advance Series. Salah satunya ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), model terbaru dari ASUS Zenbook S14 OLED UX5406 yang diperkenalkan di momen IFA 2024 September lalu dan dirilis di Indonesia pada 31 Oktober 2024.
ASUS bisa saya katakan sangat antisipatif dengan merilis perangkat komputasi dengan kekuatan AI bahkan lebih dari 45+ TOPS.
Brand laptop OLED Nomor Satu ini seolah tahu bahwa tren komputasi di masa depan tidak hanya tentang tenaga dan kecepatan, tapi juga bagaimana perangkat bisa beradaptasi dengan kebiasaan pengguna yang, menariknya, juga semakin mobile. Dan, akan sangat banyak aplikasi-aplikasi modern yang nantinya ditenagai oleh AI.
Itu artinya, aplikasi-aplikasi berbasis AI akan menguasai berbagai industri. Itu berarti pula perangkat komputasi yang memadai (harus) mulai bertenaga AI, agar lebih mudah, cepat, dan adaptif untuk meningkatkan produktifitas.
Ini juga yang membuat saya sadar bahwa di masa depan, laptop bukan lagi sekedar perangkat kerja. Tapi juga perangkat multiperan, yang segala sesuatunya bisa dilakukan dari satu perangkat. Berpikir, bekerja, mendapatkan hiburan. Sebuah laptop yang menjadi rumah digital untuk penggunanya. All-in-one.
Bila disuruh memilih apa laptop AI terbaik, maka saya akan memilih ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) sebagai laptop yang paling sesuai dan saya butuhkan.
Terlepas dari ingatan emosional pada ASUS S14 OLED UX5406 yang memicu rasa penasaran tentang tentang peran neural processing unit (NPU) 45+ TOPS AI dalam mengoptimalkan aplikasi-aplikasi modern berbasis kecerdasan buatan, serta tentang evolusi laptop dari perangkat powerful ke laptop tipis premium yang mobilitasnya tinggi namun lebih bertenaga, varian barunya yaitu ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) juga menawarkan banyak hal untuk membantu semua orang, termasuk saya.
Nah, inilah hal-hal yang paling menonjol, paling menarik, dan paling membuat saya excited, setelah "kelayapan" mencari semua hal tentang ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA).
🎨Desain Ringan, Tampilan Premium untuk Gaya Hidup Modern dan Dinamis
Sejak pertama kali melihat penampakannya di artikel tentang ajang IFA 2024 dan peluncuran perdananya di Indonesia pada akhir Oktober 2024 silam, ASUS Zenbook S14 OLED UX5406 sudah memikat saya. Laptop ini tampil dengan material revolusioner Ceraluminum™ di sekujur bodinya, "ceramic aluminum" hasil riset empat tahun yang memadukan keramik aerospace dan aluminium.
![]() |
ASUS Zenbook S14 OLED UX5406SA merupakan laptop AI tipis dan ringan untuk mobilitas dan portabilitas |
Kini hadir dalam wujud ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), laptop ini seolah memadukan "understated elegance" dengan ketangguhan riil yang anti sidik jari, tahan noda dan korosi, dan tahan gores ekstrim.
Lapisan Ceraluminum™ ini seolah menegaskan kelas premiumnya dengan sentuhan yang halus seperti keramik mewah, tapi ringan dan dingin seperti metal, serta memberikan pengalaman sensorial yang berbeda dari laptop berbahan plastik atau magnesium alloy biasa.
![]() |
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) |
Pola garis unik di lapisan luar tersebut menciptakan ilusi optik yang semakin mempertegas kesan ramping dan modern. Perawatannya pun simpel, cukup dilap kain microfiber setelah terkena minuman atau hujan saat shooting outdoor.
Selain itu, laptop dengan tebal hanya 1,1 cm (dimensi 31.03 x 21.47 x 1.19 ~ 1.29 cm) ini punya bobot hanya sekitar 1,2 kg. Ringan? Banget. Masuk tas saya tanpa beban.
Namun dibalik bodi tipis dan ringan, tersimpan ketangguhan kelas militer yang membuat rasa cemas saya pada laptop saya yang terbentur atau tertindih barang berat di mobil ketika dapat job ke luar kota, menjadi "minus". Ini karena ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) lolos uji ketahanan pada berbagai kondisi esktrim, dan telah tersertifikasi US-Military Grade MIL-STD 810H.
Hadir dengan dua pilihan warna alami, yaitu Zumaia Gray (abu-abu batu vulkanik, nuansa warna tebing flysch di Zumaia, Spanyol) dan Scandinavian White (putih salju Arktik, mencerminkan hangatnya sinar matahari Arktik di atas salju), laptop dengan logo ASUS monokrom di tutupnya ini memberi kesan minimalist mature sekaligus profesional dan artistik yang membangkitkan kenyamanan dan netralitas. Pastinya ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) tidak malu-maluin bila dibawa pentas di kafe, studio, atau mengisi musik di acara nikahan.
ASUS, yang terkenal peduli dengan isu-isu lingkungan, tidak hanya care pada inovasi produk dan bisnisnya, tapi juga keberlanjutan. Pada laptop terbaru Zenbook S14 OLED (UX5406SA) ini, ASUS mengkombinasikan teknologi, estetika, dan sustainability dengan menghadirkan sleeve dari poliester daur ulang bersertifikasi GRS.
Hal lain yang menonjol dari desain ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), adalah adanya grille geometris yang unik di atas keyboard, berkat teknologi CNC milling yang memungkinkan pembentukan detail desain yang presisi.
Dengan tampilan dan desain seperti ini, ASUS Zenbook S14 OLED menurut saya bukan sekadar alat kerja, tapi investasi identitas profesional bagi yang menolak dikotomi "tangguh vs. elegan". Filosofi desain ASUS di sini jelas: menciptakan perangkat yang menjadi ekstensi natural gaya hidup dinamis dan modern tanpa mengorbankan performa.
⚡Performa Cepat, Multitasking Tanpa Gangguan
Karena menjalani berbagai peran, ketergantungan saya pada laptop bukan sekadar urusan aplikasi, tapi nyawa produktivitas. ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), menurut saya, dapat menjadi jawaban atas ketergantungan tersebut.
Di jantung ASUS Zenbook S14 OLED UX5406SA, tertanam prosesor Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V yang menjadi titik tumpu performa. Prosesor ini adalah bagian dari lini Lunar Lake, generasi Intel® Core™ Ultra (Series 2) terbaru yang dirilis September 2024 dan mengusung arsitektur heterogen dengan tiga blok utama: compute, GPU, dan NPU.
Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V yang merupakan prosesor mobile dengan 8 inti (4 Performance-core, 4 Efficient-core daya rendah) dan frekuensi dasar 2,2 GHz ini mampu berlari hingga up to 4.8 GHz, sekaligus memberikan efisiensi daya lebih baik dibanding generasi sebelumnya karena memiliki Thermal Design Power (TDP) 17 W, mengonsumsi sangat sedikit energi, serta bisa mendongkrak performa multi-threading dan real-time processing secara signifikan.
Secara teknis, Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V juga meningkatkan kinerja mesin virtual serta virtualisasi IOMMU (Input-Output Memory Management Unit), sehingga memungkinkan program atau aplikasi yang menggunakan Advanced Vector Extensions (AVX) akan berjalan di laptop ini, meningkatkan kinerja untuk aplikasi yang membutuhkan komputasi berat. Contohnya aplikasi pemrosesan audio dan video, aplikasi grafis, aplikasi manufaktur dan rekayasa, serta perangkat lunak pembelajaran mesin (machine learning).
Dan, ASUS Zenbook S14 OLED UX5406 merupakan laptop pertama yang menggunakan Intel® Core™ Ultra (Series 2).
Keberadaan geometric grill di bagian atas keyboard ternyata bukan sekedar desain belaka, tapi merupakan bagian dari sistem pendingin yang terdiri dari ribuan lubang ventilasi untuk meningkatkan airflow hingga lebih efisien. Tidak hanya itu, geometric grill juga berfungsi mengurangi kebisingan hingga 25db. Dampaknya, prosesor bekerja lebih optimal tanpa berisik.
Bagi saya, yang sering membuka beberapa aplikasi berat sekaligus, kehadiran prosesor Intel® Core™ Ultra 7 (Series 2) di laptop ini akan memberikan kelancaran kerja yang tak terputus. Tidak hanya cepat membuka file besar, tapi juga mampu menjalankan simulasi audio, efek visual, serta multitasking dengan resource usage yang seimbang dan minim throttling. Ini artinya saya bisa bekerja lebih lama tanpa terganggu penurunan performa akibat suhu tinggi atau beban berlebih.
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) juga menyematkan GPU terintegrasi Intel® Arc™ Graphics sebagai jantung grafis berbasis arsitektur Xe-HPG yang dirancang khusus untuk multitasking kreatif dan memberikan performa mendekati GPU diskrit kelas menengah.
"Laptop gaming punya GPU kencang. Tapi buat kerja kreatif, saya butuh lebih dari sekadar render cepat". GPU bukan sekadar komponen teknis, melainkan "mitra kerja" yang menentukan kelancaran hari-hari produktif saya. Itu prinsip saya.
Berbeda dengan GPU konvensional, arsitektur GPU terintegrasi Intel® Arc™ Graphics ini mengintegrasikan Xe-Core (unit pemrosesan paralel), Mesin Media Xe (penanganan codec video), dan perangkat keras Ray Tracing dalam satu paket efisien. Kombinasi ini bisa menjawab kebutuhan saya dalam menangani graphic load video 4K dan efek visual kompleks.
Saat saya mengedit video 4K pernikahan sambil membuka 30 tab riset di browser, GPU ini mampu membagi beban kerja: Xe-Core menangani rendering timeline, sementara Mesin Media Xe mempercepat dekode footage tanpa lag. Hasilnya? Render proyek jauh lebih cepat ketimbang laptop saya yang hanya mengandalkan kerja CPU.
Fitur-fitur seperti hardware-based ray tracing, AI-enhanced upscaling (XeSS), dan AV1 encoding menjadi nilai tambah penting. Ini memungkinkan pengguna seperti saya mengerjakan project editing tanpa harus memiliki GPU eksternal.
Tapi, yang menurut saya super dari ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) adalah perpaduan antara GPU Intel® Arc™ Graphics dengan NPU di dalam CPU-nya. Ya, GPU Intel® Arc™ Graphics tidak bekerja sendiri. Selain dengan CPU, dia juga bekerja sama NPU Intel® AI Boost up to 47 TOPS yang terintegrasi di dalam prosesor Intel® Core™ Ultra 7 258V.
Dengan skor 47 TOPS AI, ASUS Zenbook S14 OLED UX5406SA termasuk dalam kategori laptop AI-Ready, bahkan AI-Enhanced. Ini artinya, laptop ini sudah kompatibel dan optimal untuk berbagai teknologi AI generatif yang akan terus berkembang, seperti Copilot, ChatGPT desktop integration, Adobe Sensei, hingga AI dalam Microsoft 365.
Bahkan, aplikasi-aplikasi terbaru yang menggunakan AI untuk perbaikan kualitas gambar, deteksi objek, hingga penulisan konten bisa dijalankan secara native dengan optimal.
Hadirnya NPU 47 TOPS AI membuat pemrosesan menjadi lebih fokus. NPU menangani pemrosesan aplikasi-aplikasi berbasis AI, sementara CPU dan GPU menangani pemrosesan lainnya. Dan yang lebih menarik, NPU 45+ TOPS pada laptop ini juga bukan sekadar pemanis. Ini ibarat otak kedua yang khusus menangani AI secara lokal.
Komputasi AI Lokal adalah proses menjalankan kecerdasan buatan (AI) secara langsung di perangkat (laptop atau smartphone) tanpa bergantung pada internet atau komputasi awan (cloud). Cara kerjanya: data diproses di perangkat, algoritma AI berjalan di hardware khusus dalam laptop, tidak perlu mengirim data ke server luar, lalu NPU dan integrated GPU (seperti Intel Arc) menangani beban AI.
Microsoft, secara eksplisit menyebutkan GPU terintegrasi sebagai "critical pillar of local AI computing" (pilar penting komputasi AI lokal), dan menargetkan laptop dengan dukungan NPU ≥40 TOPS dan GPU terintegrasi untuk komputasi AI lokal.
Contohnya, saat editing video pernikahan, saya kerap menggunakan AI Video Enhancer untuk memperjelas footage low-light. Fitur ini bikin laptop biasa hang karena memaksa CPU dan GPU bekerja bersamaan. Dengan NPU 47 TOPS di Zenbook S14? Saya bisa menjalankannya sambil meng-export proyek lebih cepat, bahkan sebelum kopi di gelas kedua saya habis!
Intinya, komputasi AI lokal mengubah perangkat seperti ASUS Zenbook S14 OLED menjadi "asisten pintar" mandiri yang bekerja secepat pikiran kita, tanpa bocorkan data atau jebolkan baterai.
Sebagai kreator multidisiplin, saya membayangkan RAM dan storage Zenbook S14 OLED bukan sekadar komponen teknis, melainkan mitra kerja yang memahami ritme kreativitas saya yang tak pernah linear.
Laptop ini menghadirkan 32GB RAM LPDDR5X yang terpatri langsung di motherboard, seperti jalan tol berkecepatan 8533 MHz yang memungkinkan saya melompat dari 40 tab riset tren pernikahan di Chrome langsung ke timeline Canva atau Adobe Premier tanpa jeda buffer.
Di saat bersamaan, SSD PCIe 4.0 NVMe 1TB berperan sebagai "perpustakaan kilat" tempat footage mentah shooting pernikahan 100GB berpindah dalam 90 detik, sebuah angka kecepatan yang dulu hanya mimpi di laptop lama dengan SATA SSD.
Yang membuat saya semakin paham mengapa memory tersebut ditanam permanen tanpa ada kemungkinan upgrade, adalah filosofi ASUS untuk menghemat 30% daya dan mempertahankan ketipisan 1.1 cm, sementara slot M.2 SSD-nya justru mudah diakses. Lagipula, memory 32GB sudah cukup baik untuk kebutuhan saya saat ini dan beberapa tahun mendatang. Karena saya bukan spesialis animator di ruang kerja Disney atau Marvel Studio.
Jika suatu hari nanti ketika arsip video klien menumpuk, saya bisa memasang SSD 4TB tambahan tanpa drama bongkar casing.
Sinergi keduanya terasa magis saat NPU 47 TOPS mengolah efek AI di memori sementara SSD menyuplainya data 8K dalam milidetik. Saya bisa membayangkan rendering video 30 menit tuntas dalam beberapa menit, atau membuka katalog 500 foto blog pernikahan dalam 3 detik.
Kehadiran penyimpanan dan memory berkapasitas sebesar ini menurut saya adalah ruang tanpa batas bagi ide-ide liar untuk menjelma menjadi karya. Kkombinasi ini menjanjikan kebebasan. Tak ada lagi "disk full", tak ada lag saat menumpuk lapisan efek warna di aplikasi editing. Storage dan RAM-nya bukan angka statis, melainkan ekosistem dinamis yang menghormati desakan deadline dan kelegaan inspirasi.
Buat saya yang sering multitasking dan bekerja dengan aplikasi kreatif modern, kehadiran salah satu laptop AI 45+ terbaik ini adala adalah kapsul waktu yang mengubah kompleksitas menjadi kelancaran, yang bisa mengubah cara kerja saya secara keseluruhan. Saya membayangkan project besar bisa selesai lebih cepat, lebih tenang, dan lebih hemat waktu tanpa harus kompromi kualitas atau mobilitas.
📌Audio dan Visual Rasa Home Theater untuk Pekerja Kreatif
Sebagai musisi dan editor video, kualitas audio dan visual jelas sangat penting. Saya sering meeting online via Zoom dengan pencahayaan seadanya dan kualitas video yang kurang layak. Ini membuat kenyamanan sedikit terganggu.
Saya juga pernah beberapa kali jengkel saat laptop gagal menangkap detail audio gesek cincin pengantin atau desir gaun pengantin dalam detil video shooting yang membuat klien terkesan.
Dengan ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), saya yakin bisa naik level. Kamera FHD-nya yang dilengkapi dengan IR sensor untuk Windows Hello bukan cuma buat login cepat, tapi juga bikin penampilan saya di layar lebih tajam, lebih terang, dan tetap natural, bahkan dalam kondisi low light. Buat saya yang sering kerja malam atau di ruang remang, ini nilai tambah yang besar.
Yang membuat pengalaman bakalan terasa solid adalah dukungan audio premium dari harman/kardon yang diperkuat dengan Dolby Atmos dan Smart Amp Technology. Sistem audio ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) ini dibekali dua driver tweeter menghadap atas untuk vokal jernih, sementara dua woofer menghadap bawah menghasilkan bass 2.5× lebih dalam, suara bersih dan imersif berkat sistem bass reflex yang memanfaatkan ruang antara bodi dan meja. Seolah-olah sedang mendengarkan mini subwoofer tersembunyi.
Didukung teknologi DTS:X, saya bisa membayangkan efek surround Dolby Atmos membuat bisikan romantis pengantin pria terdengar seolah berasal dari belakang penonton, sementara musik orkestra mengalir dari atas.
Ketika saya join video call atau rekam diri, suara saya terdengar jernih dan seimbang tanpa harus pakai mic tambahan. Apalagi laptop ini punya built-in array microphone, jadi arah suara bisa ditangkap lebih akurat.
Semua dikontrol oleh teknologi AI Noise Cancellation yang memanfaatkan kemampuan olah data dari NPU 47 TOPS AI, sehingga suara bising di latar langsung dibisukan secara otomatis, real-time, dan tanpa delay. Teknologi ini tak hanya membunuh noise pasif seperti dengung AC, tapi juga mengenali dan mengisolasi suara aktif. Misalnya obrolan orang di belakang saya saat merekam, atau saat sedang zoom meeting dengan klien.
Mau di kafe yang penuh suara orang ngobrol, atau di ruang coworking yang kadang ramai, AI di laptop ini bekerja cerdas menyaring mana suara utama dan mana yang harus dihilangkan. Sementara sistem audionya tetap menyajikan suara lawan bicara saya dengan jernih dan realistis.
Yang bikin lega, prosesnya terjadi di level hardware via Neural Processing Unit, sehingga tidak memakan resource CPU di saat bersamaan saya sedang merender video.
Keistimewaan ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) lainnya adalah, dia juga (akan) memberikan saya pengalaman audio dan visual terbaik. Saya seolah berhadapan dengan home theater.
Ini karena ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) menyuguhi saya layar glossy touch-screen 14 inchi 3K OLED beresolusi 2880 x 1800 dengan kecerahan 400 nits (500 nits HDR peak brightness) dan 100% DCI-P3 color gamut (1.07 juta warna yang tersertifikasi PANTONE Validated). Yang artinya layar ini jernih, serta menghasilkan visual yang lebih kaya dan nyata.
Layar berteknologi ASUS Lumina OLED premium ini memiliki 16:10 aspect ratio dengan refresh rate 120Hz dan Screen-to-body ratio hingga 90% yang membuat bezelnya lebih tipis dan layarnya serasa luas.
Tapi layar ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) tidak hanya akan memanjakan mata saya dari aspek visualisasi yang luas, nyata, dan kaya warna saja.
Yup, layar ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) telah tersertifikasi TÜV Rheinland-certified dan SGS Eye Care Display yang menghindarkan mata dari radiasi radiasi sinar biru (harmful blue light) hingga 70%. Sehingga aman untuk mata.
Inilah yang saya perlukan, mengingat mata tua saya sudah lama tidak terawat. Dengan layar ASUS Lumina OLED, mata saya akan lebih nyaman ketika berlama-lama di depan layar mengedit video, membuat artikel, maupun ketika menikmati wajah Song Hye Kyo si ratu drakor saat menikmati hiburan kala bersantai.
Buat saya pribadi, gabungan dari kamera cerdas, layar monitor jernih dan kaya warna, sistem suara premium, dan AI yang bekerja di balik layar ini bukan cuma mempermudah rutinitas digital, tapi juga membentuk kesan profesional tanpa harus bawa perlengkapan tambahan. Semua itu bisa saya dapat dari satu perangkat laptop AI terbaik dengan pendekatan all-in-one, yaitu ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA).
🔋Efisiensi Baterai Siap Temani Seharian
Kehabisan baterai saat bekerja di laptop adalah mimpi buruk. Akibat membuka banyak aplikasi, dan kadang tidak mempedulikan aplikasi yang berjalan background, baterai laptop saya sering cepat tergerus. Saya pernah mengalami kehabisan baterai saat memindahkan file dari kamera ke laptop. Akibatnya sejumlah momen penting turut hilang.
Yang paling memalukan adalah saat seorang tamu undangan bernyanyi diiringi musik dari laptop karena lagunya jarang saya dengar, tiba-tiba lagunya berhenti. Setelah dicek tidak ada masalah pada power, mixer, kabel, maupun speaker. Ternyata, laptop saya habis baterainya.
Salah satu hal yang bikin saya langsung tertarik dengan ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) adalah kemampuannya bertahan hidup jauh lebih lama dibanding laptop lain sekelasnya. Dengan baterai 4-cell Li-ion berkapasitas 75Wh, daya tahannya bisa seharian.
Katerina S, seorang travel blogger populer, bahkan pernah mencoba ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) ini untuk berbagai aktivitas. Hasilnya? Laptop menyala lebih dari 18 jam tanpa charging!
Wow, ngapain aja tuh?
Daya baterai yang sangat lama juga didukung teknologi fast charging, yang bisa mengisi baterai hingga 60% dalam 49 menit.
Buat saya yang kadang kerja dari pagi sampai malam, bahkan sering lupa colokan ada di mana, ini bukan sekadar keunggulan teknis, tapi bentuk kebebasan.
Oya, pengisian daya laptop ini sudah modern, khas laptop-laptop tipis ASUS AI kekinian, yaitu menggunakan USB-C Easy Charge dengan power delivery 65W melalui port Thunderbolt™ 4, jadi saya bisa pakai power bank standar atau charger HP premium.
Tapi, kenapa laptop ini bisa tahan seharian? Saya bertanya-tanya dalam hati.
Usut punya usut, ternyata ASUS menyematkan sistem pendingin inovatif di laptop ini, yaitu Ambient Cooling, dengan menyediakan kisi-kisi geometris (Geometric grille design) terbaru termasuk 2.715 lubang ventilasi pendingin pada bagian atas keyboard yang dibentuk dengan mesin CNC demi meningkatkan efisiensi pendinginan. Ventilasi saluran udara juga bisa ditemukan pada bagian bawah laptop.
Dan lagi-lagi, geometric grill di atas keyboard bukan sekadar ornamen. Dia adalah bagian dari sistem untuk meningkatkan aliran udara, yang bekerja bersama komponen lain seperti dua lapis Bi-layer graphite sheet, dual-fan module, serta Ultra-slim vapor chamber yang nggak cuma menjaga suhu tetap stabil, tapi juga bekerja senyap, pintar, dan efisien tanpa mengorbankan kenyamanan.
ASUS merancangnya layaknya sebuah instrumen musik: dual IceBlade fans berbilah aerodinamis dan vapor chamber ultra-tipis (setebal 3D-curved) bekerja bak orkestra. Kipas ini berputar dengan fluid dynamic bearing yang mengurangi gesekan, sementara vapor chamber mendistribusikan panas dari prosesor Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V ke seluruh bodi.
Teknologi ini terasa berbeda dibanding kipas pendingin biasa, yang biasanya akan langsung meraung kencang. Di ASUS Zenbook S14 OLED UX5406SA prosesnya tetap adem, dan nyaris tanpa suara. Sistemnya bisa menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan sekitar secara otomatis. Jadi saat saya kerja di ruangan AC maupun di tempat terbuka, performa pendinginan tetap optimal.
Keunggulan lain dari Ambient Cooling adalah kontribusinya terhadap efisiensi daya dan performa sistem. Karena suhu bisa dijaga tetap stabil tanpa harus memaksa kipas terus menyala dalam mode maksimal, konsumsi daya jadi lebih hemat. Sistem thermalnya bekerja bareng dengan fitur AI Performance Mode dan Fan Profile yang bisa diakses di aplikasi MyASUS, membuat seluruh ekosistem pendinginan terasa menyatu dan otomatis. Dan, kerja terasa nyaman tanpa suara berisik karena semuanya berlangsung di bawah 25dB.
Sistem ini juga berkolaborasi dengan kerja NPU yang menjalankan semua fitur AI tanpa memberatkan CPU atau GPU yang menyebabkan daya jadi lebih efisien dan sistem tidak mudah panas.
Adanya OLED Power Saving Mode dan Adaptive Brightness juga ikut andil dalam menjaga efisiensi. Layar OLED-nya secara cerdas mengatur pencahayaan berdasarkan konten dan kondisi ruangan. Saat saya kerja malam-malam dalam suasana redup, layarnya meredup otomatis tanpa mengorbankan kontras atau kualitas visual. Efeknya? Baterai tetap hemat, mata tetap nyaman, dan saya bisa terus kerja tanpa harus buru-buru cari charger.
Juga, Copilot+ PC Microsoft dengan fitur AI lokal (seperti Recall dan Live Captions) dijalankan sepenuhnya di NPU tanpa internet, yang menghemat baterai dan menjaga privasi. Microsoft bahkan menyatakan desain ini memungkinkan baterai tahan hingga 23 jam untuk pemutaran video lokal.
![]() |
Benchmark battery-life ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) menunjukkan laptop ini hemat daya, efisien, dan masa pakai baterainya lebih lama. |
Menariknya, ASUS juga menyiapkan sejumlah fitur dan aplikasi pendukung agar daya baterai maupun masa pakai baterai bisa lebih lama dan lebih awet.
Misalnya fitur Windows Battery Saver, Windows 11 secara otomatis mengaktifkan "Battery Saver" saat baterai ≤20% (atau sesuai setelan pengguna), membatasi sinkronisasi latar belakang, menonaktifkan efek visual dan notifikasi push, serta mengurangi kecerahan layar.
Di aplikasi MyASUS ada opsi Battery Health Charging untuk mengatur batas pengisian daya (misalnya, berhenti mengisi di 80% atau 60%), serta AI Battery Management untuk diagnosa dan optimasi kesehatan baterai (seperti pengaturan mode pengisian).
Dengan kombinasi ini, masa pakai baterainya menjadi 1,2 kali lebih lama. Awet? Pastinya!
Bagi saya pribadi, dan siapa pun yang kerjanya berpindah-pindah lokasi, ini berarti lebih dari sekadar efisiensi. Ini soal kenyamanan, ketenangan pikiran, dan ritme kerja yang tidak terputus oleh keterbatasan teknis. ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) menawarkan kemandirian daya yang bakalan terasa manfaatnya di lapangan.
📌Kontrol Penuh Sistem Dengan Aplikasi Built-in dan Fitur Eksklusif
Bagi saya, aplikasi dan fitur di laptop bukan lagi sekadar pelengkap, karena sering kali menyelamatkan waktu saya.
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) mencuri perhatian saya karena tidak hanya membawa spesifikasi dan performa tinggi, tapi juga menyuguhkan beberapa aplikasi built-in eksklusif yang benar-benar relevan.
Salah satu yang paling menarik menurut saya adalah AI Story Cube. Aplikasi bawaan ASUS ini dirancang khusus untuk pengguna yang sering bekerja dengan file visual, seperti video, foto, dan konten multimedia lainnya. Cara kerjanya cukup revolusioner.
![]() |
AI StoryCub, akan mencari dan mengelompokkan file-file dengan mudah dan cepat berdasarkan kategori tertentu |
Sistem akan secara otomatis memindai isi konten, mengelompokkan file berdasarkan tema, ekspresi, lokasi, hingga struktur cerita, lalu menyusunnya menjadi storyboard logis. Jadi, saya tidak perlu lagi repot mencari satu per satu file yang tercecer, karena AI-nya sudah melakukannya untuk saya.
Yang juga tak kalah menarik adalah GlideX. Aplikasi built-in di laptop ini merupakan platform eksklusif multi-perangkat yang memungkinkan saya untuk menghubungkan laptop dengan perangkat lain seperti tablet dan smartphone, baik Android maupun iOS. Fungsinya beragam, dengan fitur Screen Mirror untuk bisa menampilkan layar laptop ke tablet untuk dilihat dari sudut lain dan sangat berguna saat presentasi atau preview video. Sedangkan fitur Screen Extend, tablet saya bisa jadi layar kedua untuk multitasking.
Ngomong-ngomong soal eksklusif, tak adil kalau saya tak mengulas tentang Co-Pilot. Saya sudah pernah merasakan enaknya pakai Copilot, terutama saat harus multitasking menulis artikel, menyusun ulang laporan, atau minta bantuan rewrite kalimat dengan tone yang lebih sopan.
Tapi, jujur saja, di laptop saya, prosesnya tidak selalu mulus. Kadang butuh waktu beberapa detik sampai hasil muncul. Kalau saya buka aplikasi lain, respons Copilot jadi makin lambat.
Karena ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) sudah dibekali NPU 47 TOPS AI, yang berarti semua proses Copilot bisa dijalankan langsung di dalam laptop, bukan di cloud. Efeknya? Harusnya bisa kasih respons lebih cepat, stabil, dan nggak nguras koneksi internet atau baterai. Saya bayangkan saat saya sedang kerja sambil mobile, yang sinyalnya nggak selalu bagus, Copilot tetap bisa bantu saya tanpa hambatan.
Performa juga jadi faktor penting. Di laptop saya, kalau buka Copilot sambil rendering video atau desain, sering terasa berat. Tapi di laptop AI 45+ TOPS kayak ASUS Zenbook S14 OLED UX5406SA, pasti semuanya bisa jalan bareng tanpa bentrok. Pengalaman saya sebelumnya bikin saya makin yakin: Copilot memang powerful, tapi performanya bisa jauh lebih maksimal kalau dipasangkan dengan perangkat yang tepat. Contohnya ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) ini.
Nah, aplikasi bawaan ASUS berikutnya yang kaya fitur tentu saja MyAsus. Sebagai pengguna laptop, saya nggak cuma butuh perangkat yang kuat, tapi juga sistem yang gampang dikontrol dan dirawat. ASUS menyediakan aplikasi MyASUS untuk membantu saya mengendalikan secara penuh perangkat saya.
![]() |
MyAsus, aplikasi bawaan ASUS sangat membantu pengguna mengontrol sistem di perangkatnya |
Semua fitur penting tentang performa, daya, koneksi, dan kenyamanan sistem, dikemas dalam satu aplikasi yang simpel, ringan, dan sangat fungsional. Buat saya pribadi, ini semacam “remote control” yang bikin laptop ini terasa jauh lebih personal dan adaptif.
Selain System Diagnosis dan Battery Health Charging yang bisa bantu saya ngecek kondisi sistem secara otomatis dan mengendalikan kesehatan baterai, fitur-fitur di aplikasi MyASUS yang bisa dimanfaatkan untuk mengontrol utilitas ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) misalnya:
- Fan Profile: Fitur ini memungkinkan saya memilih mode kipas sesuai kebutuhan. Kalau saya lagi ngetik skrip malam-malam, saya aktifkan mode "Whisper" biar sunyi. Tapi kalau saya lagi rendering atau editing audio, saya pindah ke mode “Performance” supaya suhu tetap dingin.
- Splendid: memungkinkan pengaturan profil warna layar, cocok banget buat editor visual. Saya bisa pilih warna paling akurat saat editing, lalu ganti ke mode Eye Care saat nonton atau baca dokumen panjang.
- Tru2Life: otomatis meningkatkan detail dan kontras video. Saya sempat skeptis, tapi begitu saya coba nonton hasil editing video saya sendiri, hasilnya lebih tajam dan warnanya lebih hidup. Buat konten kreator, ini sangat membantu mengontrol kualitas visual langsung dari layar laptop tanpa perlu monitor eksternal.
- Function Key Lock: meski terlihat sepele, tapi sangat berguna. Tinggal satu klik untuk ubah fungsi tombol F1–F12 jadi shortcut media atau fungsi klasik, sesuai kebutuhan kerja saya saat itu.
- WiFi SmartConnect: akan otomatis memilih jaringan Wi-Fi paling stabil dan tercepat, jadi saya nggak perlu terus-terusan disconnect–reconnect.
- TaskFirst: memungkinkan saya kasih prioritas bandwidth buat aplikasi tertentu, misalnya saat saya upload video sambil meeting, saya bisa kasih prioritas ke Zoom biar nggak putus-putus, dan YouTube saya putar belakangan.
- ASUS OLED Care: menjaga layar OLED tetap sehat dan bebas burn-in, bahkan setelah digunakan berjam-jam setiap hari. Saya nggak perlu mikir soal masalah teknis layar karena sistem sudah menjaga semuanya otomatis di belakang layar.
- Live Update: memastikan semua driver dan firmware terbaru selalu terpasang tanpa saya harus cari manual.
Dan masih banyak lagi fitur lainnya yang bisa diakses di MyASUS.
Buat saya, keseluruhan fitur di aplikasi MyASUS ini bukan cuma “tambahan”, tapi bagian dari alasan kenapa ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) disebut sebagai salah laptop ASUS AI terbaik. Semua pengaturan daya, performa, hingga visual bisa dikustomisasi sesuai cara kerja saya.
❄️🔄Kerja Lebih Produktif, Lebih Nyaman, Tetap Aman
Yang bikin saya excited dengan ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) adalah sistem pendingin Ambient Cooling tidak hanya menjaga suhu komponen internal, tapi juga ikut menentukan seberapa nyaman saya mengetik. Palm rest dan area sekitar keyboard tetap dingin, bahkan saat CPU dan NPU bekerja keras menjalankan tugas AI.
Bagi saya, ini lebih dari sekadar fitur teknis, tapi pengalaman penggunaan yang benar-benar dipikirkan. Saya bisa kerja lama dengan nyaman tanpa terganggu hawa panas dari permukaan laptop, dan itu berpengaruh langsung ke konsentrasi saya.
Buat siapa pun yang mengandalkan ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) sebagai laptop ASUS AI terbaik, teknologi pendinginan ini jadi bagian penting dari alasan kenapa laptop ini tahan lama, nyaman dipakai, dan tetap powerful meski digunakan dalam waktu panjang. Sistem ini bukan cuma menjaga suhu, tapi menjaga saya tetap produktif tanpa kompromi dalam suasana kerja apa pun, di mana pun saya berada.
Bicara tentang kenyamanan, rasanya saya tidak bisa melewatkan keyboard dan touchpad di laptop ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) ini begitu saja.
Saya membayangkan keyboard ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) bukan sekadar alat ketik, melainkan "papan kunci" yang menghubungkan ide-ide liar saya dengan realitas digital. Backlit Chiclet Keyboard dengan key-travel 1.1mm itu terlintas di pikiran seperti tuts piano yang responsif.
![]() |
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) membekali keyboardnya dengan backlit chicklet untuk mempermudah dan menjaga produktivitas pengguna saat beraktivitas di tempat yang minim cahaya. |
Jari-jari seakan menari di atas tuts yang punya tekstur cekung lembut untuk memberi kepuasan taktil saat mengetik 5.000 kata/hari, tapi cukup ringan tanpa kelelahan. Backlit putihnya yang cerdas konon punya sensor cahaya otomatis, yang beradaptasi dengan kondisi remang lalu menyala tepat saat jari saya meraba-raba mencari tombol.
Lapisan anti-fingerprint-nya juga seolah menjawab kegelisahan saya saat ngemil keripik sambil kerja. Tak lagi ada jejak minyak mengganggu di permukaan keycap.
Dan Copilot key di sudut kanan itu seperti pintu rahasia ke dunia AI. Saya membayangkan satu tekan membuka asisten virtual yang siap meriset data blog atau generate ide konten tanpa membuyarkan konsentrasi.
Touchpad yang telah diperluas hingga selebar 15cm yang proporsional dengan rasio layar 16:10 itu saya bayangkan sebagai perluasan alam bawah sadar. Saat mengedit video pernikahan, gerakan mencubit dua jari untuk zoom in/out footage terasa selaras dengan pergerakan di layar OLED 3K. Persis seperti memainkan pinch harmonics di gitar.
Fitur ASUS DialPad Virtual (diaktifkan dengan dua ketuk) seolah membuat saya berimajinasi memutar jari di atas touchpad untuk mengatur brush size di Photoshop atau scroll timeline video 3x lebih cepat, tanpa perlu mouse eksternal di meja sempit.
Jika keyboard dan touchpad biasa adalah "jalan tol", maka Zenbook S14 OLED menghadirkan "jalan arteri" yang memahami ritme kreativitas. Sebagai kreator multidisiplin, saya memimpikan perangkat yang tak hanya merespons perintah, tapi mengantisipasi kebutuhan: dari ketukan blog hingga usapan timeline. Keyboard dan touchpad-nya bukan komponen, melainkan jembatan antara intuisi manusia dan presisi mesin. Seperti kata desainer Jony Ive: "True simplicity is derived from so much more than just the absence of clutter". Dan ASUS Zenbook S14 OLED menjadikan filosofi itu nyata di ujung jari.
Tidak hanya dari aspek kenyamanan, ASUS juga memberikan keamanan lewat aplikasi dan fitur lintas platform yang berlapis. Saya membayangkan laptop ini bukan sekadar perangkat, melainkan benteng berjalan yang melindungi data klien, footage eksklusif, dan identitas digital saya.
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) hadir dengan Microsoft Pluto, chip keamanan yang terintegrasi langsung di prosesor laptop ini. Chip ini menyimpan enkripsi biometrik Windows Hello dalam "brankas titanium" virtual, membuat sidik wajah atau PIN saya tak bisa disadap bahkan jika laptop diretas secara fisik. Bayangan ini memberi ketenangan saat saya mengedit video pernikahan klien VIP atau menyimpan draft kontrak freelancer.
Saya membayangkan betapa seamless-nya membuka laptop ini setiap pagi. Kamera IR Windows Hello tak hanya mengenali wajah saya dalam 0,3 detik, tapi juga membedakan wajah asli dari foto atau topeng berkat algoritma anti-spoofing 3D.
ASUS AiSense Camera juga fitur yang tak kalah futuristik . Ketika saya menunduk membaca catatan blog di kedai kopi, kamera ini otomatis mengaburkan layar jika ada orang mengintip dari belakang. Dan saat saya harus meninggalkan laptop untuk mengambil minuman, ASUS Adaptive Lock langsung mengunci sistem. Seolah laptop itu "tahu" saya sudah menjauh. Bagi saya yang kerap meninggalkan perangkat di venue pernikahan ramai, fitur ini seperti penjaga pribadi yang selalu waspada.
Keberadaan Trusted Platform Module (TPM 2.0) dan BitLocker Encryption, fitur keamanan berikutnya di laptop ini, bekerja bak duo penjaga malam. Saat saya menyimpan rekaman mentah "first kiss" pengantin, TPM mengunci data dengan kunci enkripsi 256-bit yang hanya bisa diakses via sidik wajah saya. Bahkan jika SSD-nya dicabut dan dipasang di laptop lain, file tetap tak terbaca.
Fitur ASUS Private View di MyASUS turut menambah lapisan paranoia sehat. Dengan satu klik, layar OLED 3K bisa sengaja dikaburkan kecuali dilihat dari sudut 90 derajat – solusi sempurna saat mengedit video sensitif di pesawat atau co-working space
Ekosistem keamanan seolah-olah tercipta kompak di ASUS Zenbook S14 OLED ini. NPU 47 TOPS di laptop ini saya bayangkan bukan cuma untuk AI kreatif, tapi juga sebagai "pemantau ancaman real-time".
Ketika terhubung ke WiFi publik di bandara, Microsoft Secured-Core PC dan Intel Threat Detection Technology (TDT) memindai serutan phishing tanpa memperlambat render video 4K 410. Sementara fitur ASUS USB Blockade mencegah serangan juice jacking saat charging di port umum, yang risikonya sering saya abaikan di laptop lama.
Yang tidak kalah mengesankan adalah hadirnya Auto Data Wipe di BIOS yang akan mengenkripsi ulang SSD otomatis jika seseorang salah memasukkan PIN 3 kali, menjamin momen intim pengantin tak bocor ke internet.
Jika keamanan konvensional adalah "gembok", maka Zenbook S14 OLED menghadirkan "sistem pertahanan berlapis" yang memahami betapa berharganya data kreator. Dari enkripsi hardware yang tak bisa ditembus, hingga kamera AI yang menjadi "mata penjaga", ia memungkinkan saya fokus menciptakan karya tanpa terus memikirkan ancaman digital.
🌐Terkoneksi Dimanapun Setiap Saat Dengan Jangkauan Luas Tapi Tetap Hemat Daya
Koneksi internet yang cepat dan stabil adalah hal yang paling saya butuhkan ketika kerja mobile ke mana dan di mana saja.
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) menjawab kebutuhan itu dengan menghadirkan Wi-Fi 7 (802.11be) Triple Band 2x2, generasi terbaru dari teknologi nirkabel yang menawarkan kecepatan lebih tinggi, latensi lebih rendah, dan stabilitas jaringan yang luar biasa dibanding Wi-Fi 6 atau bahkan Wi-Fi 6E.
Wi-Fi 7 pada laptop AI 45+ TOPS ini mendukung bandwidth hingga 320 MHz dan teknologi Multi-Link Operation (MLO), yang memungkinkan perangkat terhubung ke beberapa kanal secara bersamaan. Saya bisa unduh file besar sambil video call, upload hasil edit ke platform, atau streaming all at once tanpa lag.
Satu lagi keunggulan tersembunyi: efisiensi daya dari konektivitas Wi-Fi 7. Berkat teknologi seperti Target Wake Time (TWT), Wi-Fi bisa “beristirahat” saat tidak digunakan aktif, sehingga tidak terus-menerus menarik daya dari baterai. Saya bisa merasakan bekerja secara mobile sepanjang hari, karena koneksi tetap stabil tapi konsumsi baterai tetap rendah.
![]() |
ASUS menyematkan port konektivitas yang cukup lengkap di Zenbook S14 OLED (UX5406SA) untuk menjaga produktivitas setiap saat di mana saja |
Tak hanya Wi-Fi, Bluetooth® 5.4 yang disematkan di ASUS Zenbook S14 OLED UX5406SA juga membawa manfaat besar, terutama untuk saya yang sering menggunakan perangkat tambahan seperti mouse wireless, atau headphone.
Versi Bluetooth yang hadir hadir dengan mode Low Energy (LE) yang lebih pintar dan menghemat konsumsi baterai ini, juga menawarkan jangkauan lebih luas, latensi lebih rendah, dan koneksi yang lebih stabil bahkan di lingkungan yang penuh interferensi. Sinkronisasi dengan banyak perangkat juga lebih cepat dan seamless.
Saya pernah kerja dengan laptop yang port-nya cuma seadanya—buka file besar lambat, colok monitor eksternal susah, dan harus pakai dongle ke mana-mana. Tapi begitu lihat daftar port di ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), saya langsung paham kalau laptop ini memang disiapkan buat pengguna yang butuh fleksibilitas tinggi.
Ada USB 3.2 Gen 2 Type-A yang kecepatannya bisa sampai 10Gbps, cocok banget buat transfer file video 4K dari SSD eksternal. Selain itu, laptop ini juga dibekali 2x port Thunderbolt™ 4, dan ini bukan sekadar port USB biasa, karena kecepatannya sampai 40Gbps, dan bisa sekaligus untuk pengisian daya, transfer data super cepat, bahkan sambung dua monitor eksternal 4K.
Buat pengguna lain, apalagi yang kerja di bidang desain, multimedia, atau software development, port konektivitas sekomplet ini adalah game-changer. Kamu bisa sambung lebih dari satu device sekaligus, tanpa perlu pakai USB hub tambahan.
Di laptop AI 45+ TOPS kayak ASUS Zenbook S14 OLED UX5406SA, semua perangkat pendukung bisa jalan optimal karena didukung bandwidth tinggi dan efisiensi daya yang baik. Ini bikin workflow lebih lancar, waktu kerja lebih singkat, dan yang terpenting—nggak ada kompromi antara portabilitas dan produktivitas.
MainSpec. | Zenbook S 14 OLED (UX5406SA) |
---|---|
CPU | Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V 32GB 1.8 GHz (12MB Cache, upto 4.8 GHz, 8 cores, 8 Threads) |
NPU | Intel® AI Boost NPU up to 47 TOPs |
OperatingSystem | Windows 11 Home |
Memory | 32GB LPDDR5X |
Storage | 1TBPCIe® 4.0 NVMe™ M.2 SSD |
Display | 14",3K (2880 x 1800) OLED Touchscreen, 16:10, 120Hz, 500 nits, 100% DCI-P3,DisplayHDR™ True Black 500, Pantone® Validated, TÜV Rheinland-certified,stylus support |
Graphics | Intel® Arc™ Graphics |
Input/Output | 1xUSB 3.2 Gen 2 Type-A (data speed up to 10Gbps), 2x Thunderbolt™ 4 withsupport for display / power delivery (data speed up to 40Gbps), 1x HDMI 2.1TMDS, 1x 3.5mm Combo Audio Jack |
Connectivity | Wi-Fi 7(802.11be) (Tri-band)2*2 + Bluetooth® 5.4 Wireless Card |
Camera | 1080PFHD IR Camera for Windows Hello |
Audio | SmartAmp Technology, harman/kardon certified built-in 4 speaker, Built-in arraymicrophone, Dolby Atmos |
Battery | 72WHrs, 2S2P, 4-cell Li-ion |
Dimension | 31.03 x 21.47 x 1.19 ~ 1.29 cm |
Weight | 1.2Kg |
Color | ZumaiaGray, Scandinavian White |
Price | Rp27.999.000 |
Warranty | 2 Tahun Garansi Global dan 1 Tahun ASUS VIP Perfect Warranty |
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) Bukan Laptop Biasa, Kamu Wajib Punya!
Setelah ngulik fitur demi fitur dari ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), saya pribadi mulai merasa bahwa ini bukan sekadar laptop biasa. Bukan cuma soal spesifikasi tinggi atau desain elegan, tapi bagaimana laptop AI 45+ TOPS ini menjawab kebutuhan kerja modern yang makin kompleks, makin cepat, dan menuntut efisiensi tinggi.
Dengan desain yang memadukan portabilitas ekstrem, inovasi material futuristik, dan fungsionalitas berbasis kebutuhan riil kreator, ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) menjadi jawaban bagi digital nomad & freelancer multiprofesi yang bekerja di ruang dinamis (kafe, co-working space) sambil beralih peran (editing, nge-blog, desain), Kreator Konten Visual yang berkutat dengan akurasi warna OLED dan portabilitas (vlogger, fotografer pernikahan, atau content creator yang kerap shooting on-location) seperti saya, serta profesional yang menilai citra seperti konsultan, pebisnis startup, atau musisi yang ingin perangkat mencerminkan brand pribadi premium tanpa terkesan "overpowering".
Kombinasi ASUS AI 45+ TOPS terbaik, konektivitas super lengkap, baterai hemat daya, dan fitur keamanan tingkat lanjut bikin laptop ini bisa diandalkan dalam segala situasi. Baik di rumah, kantor, kafe, atau saat perjalanan.
Dibekali processor Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V, GPU Intel® Arc™ Graphics, dan Intel® AI Boost NPU up to 47TOPS, ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) tak hanya memberikan perangkat yang bisa menjalankan software konvensional, tapi juga siap untuk transisi ke dunia kerja modern yang serba otomatis dan didukung kecerdasan buatan.
Buat saya, kehadiran laptop seperti ini bukan lagi kemewahan, tapi kebutuhan yang relevan dengan gaya hidup dan pola kerja digital saat ini. Dan, Laptop ini adalah investasi jangka panjang, karena siap menghadapi gelombang aplikasi berbasis AI yang akan semakin mendominasi industri kreatif, pendidikan, dan bisnis.
Kalau kamu, seperti saya, sering terjebak multitasking berat, ngandelin AI Copilot buat bantu kerja kreatif, atau butuh perangkat yang siap diajak kerja di mana saja tanpa drama koneksi dan baterai, maka Zenbook S14 OLED UX5406SA layak jadi pertimbangan utama.
Saya percaya, memilih perangkat kerja itu sama kayak milih partner: harus bisa dipercaya, cepat tanggap, dan tahu cara kerja kita. Dan ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) terlihat seperti partner yang siap mendukung produktivitas, kreativitas, dan kenyamanan saya setiap hari. Nggak heran kalau laptop ini disebut-sebut sebagai laptop ASUS AI terbaik di kelasnya, karena memang punya semua komponen yang dibutuhkan oleh pengguna profesional dan kreator konten masa kini.
Jadi sekarang, tinggal kamu tentukan: mau terus bertahan dengan perangkat lama yang terbatas, atau mulai transisi ke sistem kerja yang lebih cerdas, cepat, dan stabil dengan laptop AI 45+ TOPS terbaik yang sudah siap menjawab tantangan hari ini dan esok?
Kalau saya, sih, sudah mulai menyiapkan diri untuk upgrade. Karena saya sadar, makin tinggi ekspektasi kerja saya, makin besar pula tuntutan pada perangkat yang saya gunakan.
Kalau kamu ingin merasakan sendiri pengalaman kerja yang lebih halus, aman, dan produktif dengan teknologi AI di tanganmu, maka ASUS Zenbook S14 OLED UX5406SA pantas masuk ke daftar prioritas. Saatnya kamu juga naik kelas, bukan hanya dalam hasil kerja, tapi juga dalam alat tempurnya.
Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog ASUS 45+ TOPS Advanced AI Laptop yang diadakan oleh Travelerien.